Pemerintah Kecamatan Donri-donri Kolaborasi Mahasiswa KPM IAIN Pare-pare, Gelar Maulid Nabi Muhammad SAW

Berita1,331 views

SOPPENG CENDIKIA NEWS COM, Mahasiswa Kuliah Pengabdian Masyarakat ( KPM) IAIN Pare-Pare Sulawesi Selatan bekerja sama dengan Pemerintah Kecamatan Donri-Donri, Senin 25/10/2022 sesudah sholat Dzuhur melaksanakan acara Maulid Nabi Muhammad SAW yang di pusatkan Masjid Miftahul Khaer Tajuncu,
Dalam sambutannya Ketua Panitia dari Mahasiswa KPM IAIN Muhammad Wira Bayangkara selaku Koordinator Kecamatan

Puji syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah menitipkan nyawa ini, dan memberikan kita nikmat tiada terhingga sehingga pada hari ini kita dapat berkumpul dalam acara Maulid Nabi,

Adapun kegiatan kita ini di bentuk dari kolaborasi 9 posko di kecamatan Donri-Donri, dengan inisiatif dari teman-teman koordinator desa untuk melaksanakan kegiatan kecamatan yang dikemas dalam kegiatan maulid akbar Nabi Muhammad SAW

Terimakasih saya sampaikan kepada teman teman panitia yang mau menyumbangkan materi, pikiran serta tenaganya demi terselenggaranya kegiatan kita ini..

Semoga dengan adanya acara Maulid Nabi ini sesuai dengan tema yang kita angkat “Meningkatakan ukhuwah islamiyah dalam lingkungan masyarakat melalui peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW “

Peringatan maulid Nabi Muhammad saw. merupakan salah satu tradisi keislaman masyarakat Indonesia dalam memperingati hari lahir Nabi Muhammad SAW, yang dilaksanakan dengan tujuan agar menumbuhkan rasa cinta kepada Rasulullah SAW. serta memperkuat ukhuwah di antara kaum muslimin. Tradisi maulid ini biasanya secara rutin dilaksanakan pada tanggal 12 Rabiul Awal atau sepanjang bulan maulid setiap tahunnya. Ujar Muhammad Wira Bayangkara.

Dalam sambutannya Camat Donri-Donri yang diwakili oleh Kasi Kesra Cittera Dewi,S.Sos Dengan harapan semoga dapat mempererat tali silaturahmi antar sesama masyarakat di Kecamatan Donri-Donri melalui KPM IAIN Parepare ini

Karena melalui peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW ini kita dapat mengambil suritauladan Nabi Muhammad SAW.
Dengan peringatan maulid Nabi Muhammad SAW,. kita berharap agar kedepannya kita semua semakin cinta kepada Nabi serta dapat mencontoh beliau dalam kehidupan sehari-hari.
Diharapkan dengan adanya peringatan Maulid Nabi ini kita kembali memiliki semangat juang dalam beribadah kepada Allah, dan mempertahankan akidah dan akhlak kita.

Dalam hikmah maulid Nabi Muhammad SAW yang dibawakan oleh ustadzah DR.Sidrah Rahman S.Ag,M.pd.I, menguraikan bahwa dalam bentuk tradisi peringatan maulid Nabi Muhammad SAW, sangat beragam, dimana setiap daerah memiliki tradisi unik Begitupun masyarakat suku bugis juga memiliki tradisi peringatan maulid yang unik. Peringatan maulid di Bugis lebih dikenal oleh masyarakat setempat dengan istilah Ma Maulu’.

Acara ma maulu’ ini pada umumnya sama dengan peringatan maulid Nabi Muhammad SAW, biasanya acara ma maulu’ akan diisi dengan ceramah agama mengenai sirah hidup Nabi Muhammad SAW, serta uswah-uswah hasanah yang sekiranya dapat dipetik dan diambil hikmahnya. Yang menjadikan ma maulu’  beda dari tradisi yang lain adalah adanya hiasan telur rebus warna warni yang ditusukkan atau digantungkan pada bilah bambu yang kemudian ditancapkan pada batang pohon pisang. Biasanya batang pohon pisang yang telah ditancapkan telur-telur akan diberi wadah di bawahnya berupa ember kecil yang berisikan songkolo (beras ketan yang telah dimasak). Pada akhir acara, telur dan songkolo tersebut akan diberikan kepada tamu-tamu yang diundang dan selebihnya akan dibagikan kepada jamaah yang hadir dan anak-anak

Adanya telur, batang pohon pisang, dan songkolo pada acara ma maulu’ tersebut merupakan hasil akulturasi budaya masyarakat bugis dengan ajaran Islam. Pernak-pernik tersebut dipercaya sebagai simbol yang mengandung falsafah hidup dan nilai-nilai keislaman.

Telur dimaknai sebagai simbol kehidupan. Bentuknya yang bulat melambangkan dunia tempat kita menjalani hidup. Selain itu telur juga dimaknai sebagai simbol kemandirian. Sebagaimana telur setelah menetas menjadi anak ayam, maka ia akan mencari makanannya sendiri. Rasulullah SAW, dalam sejarah hidupnya pun adalah pribadi yang mandiri sejak kecil. Begitulah kira-kira kita sebagai umatnya mengambil contoh dari beliau.

Telur yang memiliki 3 unsur yaitu kulit telur, putih telur, dan kuning telur juga diartikan sebagai 3 prinsip utama dalam agama yaitu Iman, Islam, dan Ihsan. Ketiga prinsip tersebut tidak dapat dipisahkan dari diri seorang muslim. Kemudian telur yang ditancapkan pada bilah bambu bermakna bahwa Iman, Islam, dan Ihsan haruslah ditegakkan dan disatupadukan sebagaimana bambu yang tumbuh tegak dan kokoh.

Adapun batang pohon pisang dimaknai sebagai simbol kebermanfaatan. Pohon pisang adalah salah satu tanaman yang seluruh bagiannya dapat kita manfaatkan. Mulai dari akar, batang, daun, dan buahnya semuanya dapat kita pergunakan. Sebagaimana Rasulullah SAW yang selalu memberikan manfaat kepada seluruh manusia bahkan hingga saat ini manfaatnya masih bisa kita rasakan. Begitulah seharusnya kita mencontoh baginda Nabi Muhammad SAW. yaitu berusaha menjadi pribadi yang bermanfaat bagi orang lain. Nabi Muhammad SAW. bersabda “Sebaik-baik manusia ialah yang paling banyak memberikan manfaat”.

Selain itu, pohon pisang jika kita cermati ia tidak akan mati sebelum memunculkan tunas-tunas yang baru. Dari hal ini kita belajar untuk mempersiapkan generasi yang akan nantinya bermanfaat bagi masyarakat, agama, dan negara.

Adapun songkolo merupakan simbol ukhuwah yang kuat dan kokoh. Sebagaimana sifat songkolo yang akan tetap merekat dan bersatu walaupun dihempaskan. Begitulah sekiranya yang kita upayakan dalam kehidupan bermasyarakat. Kita harus menjaga ukhuwah, persatuan, dan sifat gotong royong antar sesama.

Dari simbol telur, batang pohon pisang, dan songkolo tersebut merupakan pesan dan nilai-nilai kehidupan yang coba disampaikan oleh masyarakat suku Bugis kepada seluruh umat Islam agar senatiasa dilakukan, diterapkan, dan dijaga dalam kehidupan sosial bermasyarakat.

Dengan peringatan maulid Nabi Muhammad SAW, kita berharap agar kedepannya kita semua semakin cinta kepada Nabi serta dapat mencontoh beliau dalam kehidupan sehari-hari. Lebih jauh lagi, sebagaimana makna simbolik yang terkandung dalam tradisi ma maulu’ masyarakat Bugis, kita senantiasa berupaya menjadi pribadi yang mandiri, bermanfaat bagi orang lain, serta selalu menjaga ukhuwah Islamiyyah. Ujar ustadzah Sidrah Rahman.

Hadir dalam acara tersebut segenap Kepala Desa se Kecamatan Donri-Donri, Staf Kecamatan, tokoh agama, pendidik, pemuda, Tom Penggerak PKK se Kecamatan Donri-Donri, dan Mahasiswa KPM IAIN Pare-Pare yang Posko di Kecamatan Donri-Donri.(wyh)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *