UPTD SPF SDN 33 Solie Gelar Kegiatan Pentas Budaya Prosesi Pernikahan Adat Bugis

Berita959 views

CENDEKIA News com Soppeng, Unit Pelaksana Teknis Daerah Satuan Pendidikan Formal ( UPTD-SPF )  SDN  33 Solie Kecamatan Donri-Donri Kabupaten Soppeng, Rabu 14/12/2022 melaksanakan Gelar Karya Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) dengan tema “Kearifan Lokal Budaya Adat Bugis Dalam pelaksanaan pernikahan yang dilakukan oleh murid kelas IV

“Ini merupakan implementasi kurikulum merdeka dengan gelar karya P5, sehingga siswa melaksanakan dengan senang dan gembira, bahkan meriah dengan peran serta orang tua ujar Mariam,S.Pd selaku Wali Kelas IV SDN 33 SoliE

Kepada Cendikia News Mariam,S.Pd menjelaskan bahwa Mapacci adalah proses memberikan daun pacar ke calon mempelai sebagai bentuk doa restu. Biasanya jumlah orang yang diundang untuk memberikan daun pacar tersebut tergantung status sosial calon mempelai.

Orang-orang yang dipanggil untuk mengikuti Mappaci biasanya merupakan pasangan yang pernikahannya bahagia dan kedudukan sosialnya baik. Semua itu dimaksudkan agar calon mempelai kelak bisa mengikuti jejak pasangan tersebut. Perlengkapan Mapacci berupa sarung tujuh susun sesuai derajat keningratan, daun pisang, daun pacar yang ditumbuk halus, rokok, dan jagung kering.

Setiap acara pernikahan adat di Indonesia, tidak akan lengkap tanpa adanya prosesi siraman. Dalam acara pernikahan adat Bugis, prosesi ini disebut dengan mappasili.

Tujuan dari Mapapasili adalah untuk membersihkan calon pengantin sekaligus tolak bala. Air siraman yang digunakan Mappasili diambil dari tujuh mata air dan berisi tujuh macam bunga serta koin.

Selesai Mappasili, koin di dalam air siraman akan diambil dan diberikan ke keluarga yang belum menikah. Tujuannya adalah agar dimudahkan mencari jodoh dan bisa segera menyusul pasangan pengantin, kuncinya.

Kepala sekolah SDN 33 Solie Kecamatan Donri-Donri Kabupaten Soppeng Hamzah, S.Pd mengungkapkan, pihaknya menyambut positif Gelar Karya siswa SDN 33 Solie, yang senantiasa telah melaksanakan kegiatan penerapan Kurikulum Merdeka dengan tema kearifan lokal, sehingga siswa-siswi sangat antusias dan bergembira,  sehingga hari ini dapat melaksanakan kurikulum merdeka dengan bergembira ria,” ujar Hamzah,S.Pd saat kesibukannya dalam pengawasan bangunan sekolah nya (wyh)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *