Oleh : H. A. Ahmad Saransi
CENDEKIA News. Com. Makassar — Bila kita ditanya asal kata Tabe pasti Anda langsung mengklaim bahwa itu bahasa Bugis atau Makassar. Padahal kata ini berasal dari bahasa Sansekerta: kşantavya atau ksantawya.
Dalam bahasa Sansekerta artinya ialah “maaf”. Berhubung orang Melayu tidak bisa melafazkan bunyi /v/, maka bunyi ini menjadi /b/. Sehingga kata ini berubah menjadi ksantabya dan akhirnya menjadi santabe dan bahkan tabe atau tabik.
Dalam makna tertentu, tabik juga berarti salam hormat (Jan Gonda, 1973, Sanskrit in Indonesia, halaman 640 dan selanjutnya).
Versi kata tabik di tiap tempat, kota dan daerah ternyata juga berbeda-beda. Contohnya, jika di Lampung, bahasa daerah yang digunakan untuk mengucap salam adalah “Tabik”. Biasa digunakan di acara-acara adat, jika ingin melakukan sesuatu dalam prosesi adat akan dimulai dengan sapaan “Tabik, pun” dan dijawab “Ya, pun” dengan bunyi U yang dipanjangkan.
Kata “tabik” dalam masyarakat Lampung terdapat beberapa variasi seperti Nabik Tabik, Natabik, Tabik Sumbah Puluh Jari, Tabik Dipusekhumpok, Tabik Ngalimpuro /Tabik Ngalimpugha, dan yang paling banyak dipakai adalah Tabik Pun, kata – kata tersebut tujuannya adalah sebagai sebuah penghormatan terhadap lawan bicara yang diucapkan di awal pembicaraan.
Tidak hanya orang Bugis, Makassar, Mandar atau Lampung yang menggunakan kata tabik ini sebagai pembuka kata, tetapi juga sebagian orang Melayu di Sumatera. Sedangkan dalam bahasa Bali “tabik” digunakan seperti kata permisi, umumnya ditujukan kepada orang yang lebih tua.
Penulis : H. A. Ahmad Saransi.
Editor : Agus Wittiri