Oleh : H. Ahmad Saransi
CENDEKIA News. Com. Soppeng — SARUNG ….? Dalam masyarakat orang Bugis, Makassar dan Mandar mereka menyebutnya “Lipa’” serta bagi orang Toraja mereka menyebutnya “sampu”. Sedangkan orang barat menamakannya Sarong (kata serapan dari bahasa Melayu).
Sejak Kapan masyarakat Bugis – Makassar dan Toraja mempergunakan sarung ? salah satu gambaran awal dari Tom Pires dalam catatan perjalanannya pada tahun 1513, dideskripsikan bahwa, “orang Bugis- Makassar itu berpakaian sederhana, berselubung semacam kantong yang longgar untuk menutup badan dan kaki sampai ujung kepala.
Kalau mereka mengadakan hubungan kelamin, keduanya, laki-laki – perempuan masuk dalam kantong longgar itu, dengan anggapan bahwa perbuatan itu cukup tersembunyi”. (Armando Castesao dalam terjemahan Summa Orientale, 1944).
Apa yang dimaksud kantong longgar oleh Tom Pires tersebut di atas ? Tidak lain adalah sarung khusus. Dalam bahasa Bugis disebut Lipa Sampo(u), yang ditenun khusus untuk pengantin baru yang dipakai pada waktu berbulan madu.
Sekalipun deskripsi Tom Pires dibuat dengan sangat sederhana lewat perjumpaan yang singkat dengan masyarakat Bugis – Makassar, namun tidak dapat disangkal bahwa catatan etnografi mereka dapat dianggap sebagai informasi Eropa tertua tentang fungsi sarung bagi masyarakat Bugis – Makassar.
Seiring dengan perjalanan sejarah yang panjang, fungsi sarung mengalami transformasi sekaitan dengan terjadi perubahan sosial. Pada tahun 1970 Gubernur Propinsi Sulawesi Selatan Ahmad lamo mengeluarkan Instruksi mengenai Program Kamarisasi setiap rumah penduduk, saat itulah fungsi sarung mengalami penurunan, dimana tidak lagi dipakai sebagai alat pelindung untuk berhubungan suami-istri, atau untuk ke kamar mandi, di tempat tidur, akan tetapi sudah tergantikan dengan handuk untuk ke kamar mandi, selimut, bag cover dan piyama untuk ditempat tidur.
Satu-satunya kesempatan untuk go public ialah bila orang pergi ke mesjid pada hari jumat atau hari raya Islam. Selebihnya, sarung tidak lebih hanya ornamen pesta malam pacar atau pada saat pesta perkawinan yang agak udik dan merepotkan.
Betulkah sarung sudah menyusut fungsinya? Menarik untuk dicermati ketika moment pelantikan dan pengukuhan Pengurus Dewan Pengurus Pusat Kerukunan Keluarga Soppeng (DPP KKS) Periode tahun 2023 – 2028 pada tanggal 18 Maret 2023 seluruh pengurus diharapkan bersarung ria.
Inilah sejarah baru buat KKS pengukuhannya dengan memakai sarung. Dengan demikian, sarung telah eksis berfungsi jersey sebagai aktualisasi nilai pangadereng sebagaimana tema yang telah diusung. Selamat atas pengukuhan Pengurus KKS Periode 2023 – 2028.