Oleh : H. A Ahmad Saransi
CENDEKIA News. Com. Makassar — Salah satu produk budaya adalah Tari, lalu kapan masyarakat Bugis Makassar mengenal Tari ? Salah satu kompas tertua yang bisa dipakai adalah lontara I La Galigo yang didalamnya terkandung kosmologi masyarakat Bugis Makassar.
Kosmologi masyarakat Bugis terdiri tiga unsur yaitu: boting langi (dunia atas), alé kawa (dunia tengah), dan bori liu (dunia bawah). Ketiga elemen ini menari dalam irama kosmik, _mappaénré_ (untuk persembahan di boting langi), _massorong_ untuk persembahan di Alè Kawa, dan _mappano_ untuk persembahan di Boriliu (dunia bawa).
Ketiganya mereka yakini ada penghuninya. Olehnya itu Para bissu atau sanro sebagai medium dalam melakukan ritus upacara mereka sèré atau menari hingga mencapai perjalanan spiritual yang tinggi yaitu ekstase atau trance, dalam bahasa Bugis disebut _dongko-dongkokeng_ atau kesurupan, yaitu hadirnya salah satu penghuni kosmos kedalam tubuh bissu atau sanro sebagai medium.
Sere‘, bagi leluhur masyarakat Bugis Makassar adalah medium untuk penghuni kosmos. Oleh karena itu, memahami sere’ sejatinya mengetahui sejarah manusia Bugis Makassar dan perkembangan pemikirannya. Tubuh adalah arsip dinamis yang didalamnya terpendam pengetahuan. _Selluka ri ale’ kabo pusa nawa2 ati mallolongeng_ (kususuri hutan belantara, pemikiran pun terbentur, namun hatilah yg menemukannya). Untuk itu leluhur Bugis selalu berpesan, _tanai alemu_ (bertanyalah pada dirimu).
Dengan demikian tubuh penari adalah medium terselubung dengan jal sakral yang tersematkan berupa doa dan sembah.
Editor : Agus Wittiri