POLITIK BERKEADABAN

Berita1,341 views

Oleh : H. Andi Ahmad Saransi

CENDEKIA News. Com. Makassar. — Sadda mappabati ada, Ada mappabati gau’, Gau mappabati tau. Artinya :
Bunyi mewujudkan kata,
Kata mewujudkan perbuatan,
Perbuatan mewujudkan manusia.

Berangkat dari sebuah paseng (pesan) sebagaimana dikutip dari lontara  di atas maka kampanye hitam yang sedang marak akhir-akhir ini bisa ditekan melalui jalan pendidikan politik warga, terutama para  pendukung parpol dan capres.

Elite parpol punya kewajiban moral, sosial, politik, dan kultural untuk mendidik serta mencerahkan konstituennya. Politik harus dikembalikan pada rel budaya, di mana berdemokrasi dijalankan secara cerdas, visioner, dan mengutamakan keadaban: logika, etika, moral, norma, ilmu dan pengetahuan, serta hasil yang memperkaya nilai-nilai kehidupan.

Hal lain yang bisa dilakukan elite politik adalah kemauan dan kesanggupan selalu menjadi orientasi nilai kebenaran, kebaikan, dan kepantasan bagi konstituennya. Selain berpikir cerdas dan perilaku baik, praktik berbahasa dalam mengemukakan pesan sosial politik pun wajib dijaga. Dalam berwacana harus selalu rasional dan argumentatif. Tidak emosional dan
provokatif.

Pada galibnya, bahasa bukan sekadar peranti komunikasi, melainkan juga wahana kultural yang punya potensi semantik, gagasan, dan nilai yang menuntun perilaku kuasa untuk melahirkan realitas. Ini terjadi saat bahasa berkorelasi dengan faktor-faktor sensitif di luar kebahasaan. Misalnya soal agama, suku, ras, dan golongan.

Bahasa yang dieksploitasi untuk tujuan provokasi bisa menjadi bahan bakar yang menghanguskan peradaban bangsa. Maka, elite politik harus cermat, tepat dan akurat dalam menggunakan diksi. Problem politik-sosial dan budaya di ranah publik sering dipicu penggunaan diksi yang sembrono.

Demokrasi yang sehat lahir dari pikiran, perilaku etis, dan nilai-nilai ideal. Passion, kapabilitas, komitmen dan dedikasi para elite politik jadi penggerak menciptakan masyarakat (yang mendekati ideal), yakni masyarakat egaliter, rasional, berkeadilan dan ber kesejahteraan serta mandiri.Terbebas dari beban feodalisme, nepotisme, perilaku korup dan kompleksitas kejiwaan primordial.

Di tangan masyarakat yang cerdas dan bijak, pemilu/pilpres tak jadi panggung kebencian yang disangga kampanye hitam,tetapi festival budaya politik yang bermakna, mensejahterakan, membahagiakan.

Itulah arti dan makna “gau mappabati tau” dalam keadaban politik, bukan prikebinatangan. (Ag)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *