Oleh : H. Ahmad Saransi
MAKASSAR. CENDEKIA News. Com. — Sejarah tidak melulu cerita orang baik, tulis Ariel (02/9/2020). Juga tak hanya kisah para pemenang, pembesar, orang kaya, dan orang hebat. Sejarah adalah milik semua manusia.
Siapa pun bisa menuliskan sejarahnya.
Lahan materi sejarah masih pada kisah-kisah peperangan, penjajahan, pembantaian antarmanusia yang pernah terjadi. Ada kekejaman dan kepedihan.
Bahkan, sebagian materi sejarah yang diajarkan sejak Orde Baru hingga kini adalah kebencian.
Apa yg ditulis Ariel, orang Belanda jahat dan semua orang Belanda penjahat kemanusiaan pada masa penjajahan, adalah kekeliruan pada materi pelajaraan yg selama ini diajarkan di sekolah. Demikian pula dengan pendudukan Jepang.
Karena itu para sejarawan Indonesia telah bergeser pandangan historiografinya, mereka tidak lagi menulis peranan seorang tokoh besar, raja atau pemenang melainkan kepada rakyat atau pihak terkalahkan atau termarganilkan. Hal ini bisa dibaca pada buku Pemberontakan Petani Banten 1888. Sebuah karya historiografi Prof. Sartono Kartodirjo yang membahas pergolakan sosial di Banten 1888.
Ada beberapa arti penting penulisan sejarah yang dilakukan oleh Sartono Kartodirjo ini. Pertama, karya ini merupakan studi awal mengenai gerakan sosial di Indonesia, sehingga sampai sekarang karya-karya sejenis dengan ruang lingkup spasial dan temporal berbeda bermunculan. Kedua, studi ini juga merupakan anti-tesis, yang ditulis Sartono sebagai kritik, terhadap historiografi kolonial yang Belanda- sentris, menekankan pada lembaga-lembaga pemerintah dan menganggap rakyat dan kaum tani memainkan peran pasif.
Historiografi semacam itu telah bergeser pula di Sulawesi Selatan, seperti tulisan Gerakan Mesianisme Daeng Pabarang (Dr. Edward Polinggomang), Pemberontakan Petani Unra (Muhammad Amir), Perlawanan Rakyat Bone 1905 (Ahmad Saransi), Cerbung Moncongloe (H. Andi Wanua Tangke) dan masih banyak lagi.
Mungkin kita tidak tahu bahwa dalam kompleks Taman Makam Pahlawan Salo Tungo Soppeng terdapat rakyat biasa yang dimakamkan? Penghormatan yang diberikan itu hanya karena dia terjatuh di mobil ketika mengantarkan makanan ke Rumah Tahanan. (Wawancanra Ranreng Abbas Anggota Lasjkar GAPIS).
Oleh sebab itu sejarawan, pengajar sejarah di Sekolah dan universitas perlu membuat terobosan, membuat materi sejarah yang multidimensi dengan program pembelajaran sejarah yang tidak hanya mengenal bangsa kita pada masa lampau, tetapi juga etos kerja, jiwa mulia, dan kearifan sekaligus menjawab tantangan zaman.